Entri yang Diunggulkan

Sholat Berjama'ah

Shalat berjamaah merupakan syi'ar islam yang sangat agung, menyerupai shafnya malaikat ketika mereka beribadah, dan ibarat pasukan ...

Sabtu, 18 Februari 2017

Sholat Berjama'ah



Shalat berjamaah merupakan syi'ar islam yang sangat agung, menyerupai shafnya malaikat ketika mereka beribadah, dan ibarat pasukan dalam suatu peperangan, ia merupakan sebab jerjalinnya saling mencintai sesama muslim, saling mengenal, saling mengasihi, saling menyayangi,menampakkan kekuatan, dan kesatuan.
Hukumnya:
Shalat berjamaah wajib atas setiap muslim yang mukallaf, laki-laki yang mampu, untuk shalat lima waktu, baik dalam perjalanan maupun mukim, dalam keadaan aman, maupun takut.
Keutamaan shalat berjamaah dan takbiratul ihram:
Dari Anas bin
Malik ra berkata: rasulullah saw bersabda: ((barangsiapa yang shalat berjamaah untuk Allah selama empat puluh hari, dimana ia mendapatkan takbiratul ihram bersama imam, maka ditulis baginya dua kebebasan: bebas dari neraka, dan terbebas dari sifat munafik)) (HR. Tirmidzi)

Pahala Dan Keutamaan Shalat Berjamaah di masjid
1. Pahala langkah kaki
Seorang yang berjalan ke masjid, maka tiap langkah kakinya akan diberikan satu pahala, dihapuskan satu dosa, dan dinaikkan satu derajat oleh Allah SWT.
(Ibnu Majah:277,Muslim:1068 dan 1065).
2. Pahala menunggu waktu shalat
Banyak diantara kita yang berangkat ke masjid pas adzan supaya bisa cepet selesai. Tapi yang luar biasa, kita sebenarnya dapet pahala yang besar pas kita lagi nunggu waktu shalat! Jadi sebaiknya gunakan waktu menunggu shalat untuk berdzikir.
Orang yang menunggu sholat di masjid diberi pahala seperti sedang sholat (Bukhari:611)
3. Di do’akan Malaikat
Seorang yang menunggu shalat, tepatnya dari masuk mesjid sampe waktu shalat, maka dia bakal didoakan malaikat dengan doa : “Ya Allah Ampunila dia, Ya Allah ampunilah dia”, tanpa henti sampai waktu shalat. Subhanallah!
4. Mendapat naungan saat kiamat
Ada tujuh golongan yang dinaungi kelak. Dan salah satunya adalah orang yang hatinya terpaut dengan masjid. Seorang pemuda yang hatinya terikat dengan masjid, orang orang itulah yang akan mendapat perlindungan dari Allah saat kiamat kelak. (Al-Bukhor:620)
5. Doa malaikat ketika di shaf terdepan
Sesungguhnya para Malaikat memberikan sholawat kepada orang-orang yang berada di shaf pertama.” (HR. Ibnu Hibban no.2157)
Menanggapi sabda Beliau, para sahabat bertanya, “Apakah juga kepada orang-orang yang berada di shaf kedua wahai Rasulullah? ”
Kemudian Rasulullah berkata, “Juga kepada orang-orang yang berada dishaf kedua.”
(HR. Ahmad dan Ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
6. Subuh dan 119 pahala
Seseorang yang melaksanakan shalat subuh berjamaah, maka orang itu akan mendapatkan pahala 119 kali dibanding shalat sendiri. (Muslim:1049).
7. Isya dan 59 pahala
Seseorang yang melaksanakan shalat isya berjamaah, maka dia bakal dapat pahala 59 kali lipat. (Muslim:1038)
8. Dzuhur, Ashar, Magrib dan 27 pahala
Kalau shalat dzuhur jamaah, ashar jamaah, dan magrib jamaah, masing masing dilipatgandakan 27 kali kalau kita laksanakan secara jamaah (Muslim:1038)
9. Pahala ketika sakit
Ketika kita sedang sakit dan tidak bisa ke masjid (setiap hari udah ke masjid). Pada saat kita tidak ke masjid dan shalat di rumah, kita akan dapat pahala yang sama seperti waktu shalat di masjid. (Abu Daud:2687)
10. Terhindar dari sifat munafiq
Tidak ada sholat yang lebih berat bagi orang-orang munafiq dari pada sholat subuh dan isya. Seandainya mereka tahu nilai yang terkandung di dalam kedua sholat itu, pastilah mereka mendatangi (masjid tempat) kedua sholat itu meskipun dengan merangkak.
(Al-Bukhori:617)
11. Menjadi sebab diampuni dosanya oleh Allah. Rasulullah bersabda :
“Jika imam mengucapkan “Ghoiril maghdhubi ‘alaihim waladhdholliin”, maka ucapkan amin, karena sesungguhnya siapa yang mengucapkan amin bersamaan dengan ucapan malaikat maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dalam hadits lain Nabi bersabda :
“Barangsiapa yang berwudhu untuk sholat dan menyempurnakan wudhunya, lalu berjalan untuk menunaikan sholat, dan ia sholat bersama manusia atau berjama’ah atau di dalam masjid, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”
12. Mengembangkan disiplin dan berakhlak mulia.
Sholat berjama’ah mengajarkan disiplin seorang makmun senantiasa mengikuti gerakan imam dan berada di belakang imam. Hal ini tentu membiasakan melatih kedisiplinan dalam kehidupan seseorang, menghilangkan ego, perbedaan dan dengan penuh kerendahan hati patuh dan taat pada pimpinannya, yaitu imam.”
13. Tumbuhnya persaudaraan, kasih sayang dan persamaan.
Berikut ini beberapa keutamaan shalat berjamaah di masjid.
1. Memenuhi panggilan azan dengan niat untuk melaksanakan shalat berjamaah.
2. Bersegera untuk shalat di awal waktu.
3. Berjalan menuju ke masjid dengan tenang (tidak tergesa-gesa).
4. Masuk ke masjid sambil berdoa.
5. Shalat tahiyyatul masjid ketika masuk masjid. Semua ini dilakukan dengan niat untuk melakukan shalat berjamaah.
6. Menunggu jamaah (yang lain).
7. Doa malaikat dan permohonan ampun untuknya.
8. Persaksian malaikat untuknya.
9. Memenuhi panggilan iqamat.
10. Terjaga dari gangguan setan karena setan lari ketika iqamat dikumandangkan.
11. Berdiri menunggu takbirnya imam.
12. Mendapati takbiratul ihram.
13. Merapikan shaf dan menutup celah (bagi setan).
1 4 . Menjawab imam saat mengucapkan sami’allah.
15. Secara umum terjaga dari kelupaan.
16. Akan memperoleh kekhusyukan dan selamat dari kelalaian.
17. Memosisikan keadaan yang bagus.
18. Mendapatkan naungan malaikat.
19. Melatih untuk memperbaiki bacaan al-Qur’an.
20. Menampakkan syiar Islam.
21. Membuat marah (merendahkan) setan dengan berjamaah di atas ibadah, saling ta’awun di atas ketaatan, dan menumbuhkan rasa giat bagi orangorang yang malas.
22. Terjaga dari sifat munafik.
23. Menjawab salam imam.
24. Mengambil manfaat dengan berjamaah atas doa dan zikir serta kembalinya berkah orang yang mulia kepada orang yang lebih rendah.
25. Terwujudnya persatuan dan persahabatan antartetangga dan terwujudnya pertemuan setiap waktu shalat.
26. Diam dan mendengarkan dengan saksama bacaan imam serta mengucapkan “amiin” saat imam membaca “amiin”, agar bertepatan dengan ucapan amin para malaikat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
“Shalat seseorang dengan berjama’ah lebih banyak pahalanya daripada shalat sendirian di pasar atau di rumahnya, yaitu selisih 20 sekian derajat. Sebab, seseorang yang telah menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan untuk shalat, tiap ia melangkah satu langkah maka diangkatkan baginya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya, sampai ia masuk masjid. Apabila ia berada dalam masjid, ia dianggap mengerjakan shalat selama ia menunggu hingga shalat dilaksanakan. Para malaikat lalu mendo’akan orang yang senantiasa di tempat ia shalat, “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah dosa-dosanya, terimalah taubatnya.” Hal itu selama ia tidak berbuat kejelekan dan tidak berhadats.” (HR. Bukhari no. 477 dan Muslim no. 649).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Bolehnya melaksanakan shalat di pasar, meskipun saat itu hati terkadang tersibukkan dengan urusan duniawi dan kurang khusyu’ sehingga kurang disukai.
2- Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian yaitu 25, 26, atau 27 derajat sebagaimana disebutkan dalam riwayat lainnya.
3- Hukum shalat jama’ah bagi pria adalah fardhu ‘ain menurut pendapat yang lebih kuat. Hal ini telah dijelaskan oleh Rumaysho.Com pada tulisan “Hukum Shalat Jama’ah”. Sedangkan bagi wanita tidaklah dihukumi wajib sebagaimana diterangkan dalam tulisan “Shalat Jama’ah bagi Wanita”, bahkan shalat wanita lebih baik di rumahnya. Sedangkan hadits ini yang menerangkan pahala shalat jama’ah 20 sekian derajat daripada shalat sendirian tidak menunjukkan bahwa hukum shalat jama’ah itu sunnah (dianjurkan). Dalil lain menunjukkan bahwa hukum shalat jama’ah itu wajib ‘ain karena ada ancaman keras bagi yang meninggalkan shalat jama’ah dan orang buta yang mendengar adzan masih disuruh untuk menghadiri shalat jama’ah.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali hafizhohullah berkata, “Orang yang melaksanakan shalat sendirian masih sah, namun dihukumi berdosa karena ia telah meninggalkan shalat berjama’ah. Wallahu a’lam.” (Lihat Bahjatun Nazhirin, 1: 38). Ini tentu bagi yang meninggalkan shalat jama’ah tanpa ada uzur.
Silakan baca tulisan Rumaysho.Com mengenai “Keutamaan Shalat Jama’ah”.
4- Niat yang membuat seseorang pergi keluar hingga menunggu shalat dinilai berpahala. Jika seseorang keluar rumah tidak berniat untuk shalat, tentu tidak mendapat pahala seperti itu. Sehingga benarlah Imam Nawawi memasukkan hadits ini dalam kitab beliau Riyadhus Sholihin pada hadits no. 10 di Bab “Ikhlas dan Menghadirkan Niat”.
5- Shalat lebih utama dari amalan lainnya karena terdapat do’a malaikat di sana.
6- Di antara tugas para malaikat adalah mendo’akan kebaikan pada orang-orang beriman. Do’a ini ada selama seorang yang shalat tidak berbuat kejelekan di masjid dan selama ia terus berada dalam keadaan suci (berwudhu).
7- Hadits ini menunjukkan keutamaan menunggu shalat. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika seseorang menunggu shalat dalam waktu yang lama, setelah sebelumnya melakukan shalat tahiyatul masjid dan berdiam setelah itu, maka akan dihitung pahala shalat.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 1: 74).





SERING MEMBACA AYAT AL-QUR’AN, SHALAWAT DAN DZIKIR DAPAT MENINGKATKAN KECERDASAN, BENARKAH ?



Membaca Al-Qur’an, sholawat dan dzikir merupakan rutinitas harian yang dilakukan setiap muslim. Karena hal demikian dilakukan dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dan itu dicatat sebagai ibadah yang akan mendapat ganjaran pahala dari Nya. Setiap ayat yang dibaca dari lembaran Al-Qur’an akan mengalir pahala di dalamnya. Semakin banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca  maka semakin banyak pula ganjaran yang didapat dari amalan demikian. Begitupun dengan membaca sholawat dan dzikir diyakini pula sebagai ibadah yang berkontribusi pada kualitas manajemen diri masing-masing setiap muslim yang menjalankannya. Membaca sholawat dan berdzikir membawa dampak secara tidak langsung ke dalam diri  bagi yang mengamalkannya. Oleh karena itu yang dilakukan seorang muslim bila mendapatkan permasalahan baik masalah kecil ataupun rumit, hal yang dilakukan ialah dengan membaca Al-Qur’an, berdzikir dan banyak bersholawat dan doa-doa. Dan semua permasalahan yang dihadapinya dapat terselesaikan satu demi satu. Padahal awalnya tidak pernah terpikirkan sebelumnya, namun, mulai terpecahkan dan terselesaikan permasalahan yang dialami tersebut dengan penyelesaian yang baik. Ada pula yang sebelumnya tidak pernah menemukan cara yang strategis untuk berhasil dalam berdagang ataupun usaha lainnya, dengan membaca Al-Qur’an, Sholawatan dan berdzikir serta memperbanyak doa-doa mulai menemukan langkah-langkah yang dilakukan dalam usahanya sehingga berhasil dan mengakibatkan maju usahanya. Begitupun dengan yang mendapatkan kesulitan dalam belajar, memahami pelajaran dan sulit berprestasi. Dapat meraihnya dengan melakukan baca Al-Qur’an, sholawatan, berdzikir dan memperbanyak doa-doa.  Ketenangan dalam hidup, solusi yang terbaik, inspirasi yang hadir di waktu sulit, dan keberhasilan pada segala bidang pekerjaan.
Pengaruh yang ditimbulkan setelah membaca Al-Qur’an, bersholawat dan berdzikir ini terlihat dari sikap atau perilaku dalam menjalani pekerjaan yang digeluti. Pengaruh dalam diri kita bermula dari pengaruh kedalam pikiran. Dari pikiran tersebut akan dialirkan kekuatan dari hasil membaca Al-Qur’an, sholawat dan berdzikir ke seluruh bagian tubuh kita sehingga dapat menemukan penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Potensi manusia terletak pada akal dan pikiran. Pengaruh yang dihasilkan dari perbuatan tersebut diterima oleh akal dan pikiran. Pengaruh yang diterima akal dan pikiran ialah pengaruh yang bersifat baik atau dapat dikatakan  dengan hal-hal yang positif. Adapun cara kerja pikiran kita sangat berpengaruh pada pekerjaan yang dihasilkan. Pikiran dapat menentukan hasil akhir dari setiap perbuatan yang dilakukan. Sedangkan pikiran dikendalikan oleh otak. Otak akan menghasilkan gelombang-gelombang  yang berbeda-beda frekuensinya. Pada setiap frekuensi gelombang otak berpengaruh kepada aktivitas yang dilakukan. Frekuensi gelombang otak yang baik ialah yang dapat mengalirkan gelombang sehingga perbuatan yang dilakukan akan mendapat keberhasilan. Pada saat gelombang otak tertentu inilah saat kita dalam keadaan fokus, teliti dan semangat dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Pada saat inilah pekerjaan yang sulit ataupun rumit dapat dipecahkan dan terselesaikan dengan baik. Pada saat ini pulalah ide-ide atau inspirasi yang dibutuhkan datang dan mengalir sebagai jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Sebenarnya kondisi semangat, fokus dan teliti dapat dijalankan bila mengetahui gelombang-gelombang otak dengan frekuensi yang telah disebutkan di atas. Artinya seseorang bisa dalam kondisi baik fokus, semangat dan teliti bila seseorang dapat menurunkan gelombang-gelombang otak tersebut menuju frekuensi gelombang yang menghasilkan perbuatan semangat, fokus dan teliti dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang digeluti.  Sering membaca Al-Qur’an, berdzikir dan bersholawat merupakan bagian dari cara menurunkan gelombang-gelombang otak tersebut. Sehingga pengaruh yang ditimbulkan secara tidak langsung  membantu dalam mengubah pikiran kita menuju keberhasilan dan kesemangatan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, baik pekerjaan yang mudah maupun pekerjaan yang sulit ataupun rumit.
Oleh karena itu, sering membaca Al-Qur’an, berdzikir atupun kegiatan lainnya yang diyakini sebagai ibadah sebenarnya membantu dalam memberikan dorongan untuk mencapai keberhasilan yang dituju. Dan tidak hanya itu saja seseorang dalam keadaan sakitpun dapat mencapai kesembuhan. Demikian artinya pengaruh sering membaca Al-Qur’an, bersholawat, dan berdzikir berimbas langsung kepada pekerjaan yang akan dikerjakan. Pengaruh yang baik akan membawa kepada keberhasilan. Dan itulah yang diinginkan di dalam Al-Qur’an. Bahwa dengan membaca AL-Qur’an, Dzikir atau mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dapat menenangkan hati.



Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.    (Q.S: 13:28)
Inilah yang dirasakan dengan membaca Al-Qur’an, sholawatan, berdzikir dan memperbanyak doa-doa. Hal demikian sangat berpengaruh kedalam pekerjaan. Pengaruh inilah merupakan potensi bagi setiap muslim untuk memberdayakannya. Potensi yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada kita semua. Semua potensi ini telah tertuang jelas di dalam Al-Qur’an. Potensi ini hendaknya dimaksimalkan dengan baik, sehingga setiap perbuatan yang kita lakukan dipengaruhi oleh kegiatan ibadah yang kita lakukan. Oleh karena itu, dengan sering membaca Al-Qur’an, berdzikir secara berjama’ah ataupun sendiri serta mengikuti kegiatan istighosah ataupun sholawatan  merupakan bagian dari kegiatan menempatkan gelombang-gelombang otak tersebut yang berimplikasi kepada meningkatkan daya fokus, teliti, semangat kerja dan lain sebagainya. Dan efek setelah itu dapat dirasakan sendiri dan berpengaruh kepada lainnya. Pengaruh positif seperti inilah yang hendaknya kita berdayakan dan dilakukan secara kontinue sehingga berdampak positif pula untuk lingkungan sekitar kita.  Selanjutnya kita dapat mengembangkan potensi tersebut dan dapat diamalkan dalam menjalani kehidupan. Amiin Yaa Rabbal A’lamiin.

Jumat, 10 Februari 2017

IBADAH MAHDHAH DAN GHAIRU MAHDHAH




Ibadah secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu عبد- يعبد -عبادة yang artinya melayani patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis ialah  sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah azza wa jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya. Kata “ibadah” (عبد - يعبد - عبادة) berasal dari bahasa Arab yang diartikan dengan taat, menurut, mengikut, berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Sedangkan secara istilah ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.  Seperti firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 162 :
قُلْ إِنَّ صَلأَتىِ وَ نُسُكىِ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتىِ لِلَّهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam.”

Selain itu, ibadah juga diartikan sebagai suatu sikap pasrah dan tunduk total kepada semua aturan Allah dan Rasul-Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan Islam merupakan refleksi syukur pada Allah swt atas segala nikmatnya yang timbul dari dalam lubuk hati yang dalam dan didasari kepahaman yang benar. Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan.
Allah swt berfirman dalam surat Ad Dzariyat ayat 56.
وَمَا خَاَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS. 51: 56)
Kemudian dalam kitab Al-Hidayah  jilid kesatu dikatakan sebagai berikut:
        اَلْعِباَدَةُ هِيَ اأتَّقَرُّبُ اِلَى اللهِ تعَالَى  بِامتِثاَلِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَهِيْهِ وَاأعَمَلُ بِمَا أذَنَ بِهِ اأشَّارِعُ
“Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai dengan izin dari pembuat syariat  (Al-Hakim, Allah).”
Manusia dalam hidupnya mengemban amanat ibadah baik dalam hubungan kepada Allah, maupun hubungan sesama manusia dalam hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan alam.
Ibadah Mahdhah juga terbagi lagi menjadi dua:
1) Ibadah Mahdhah Muqayyad
Ibadah murni yang ketentuan cara pelaksanaannya telah ditetapkan oleh Syara’, baik waktu pelaksanaannya, tempat, jumlah, dan detail pelaksanaan yang lain dan akhirnya pelaksanaan Ibadah semacam ini bersifat Tauqifiy, dan tidak boleh kita berinofasi terhadap ibadah semacam ini, semisal dengan Mengurangi jumlah putaran Thawaf dalam Haji, atau menambahkan jumlah Rakaat dalam salat, atau menambah jumlah mustahiq zakat dari delapan yang telah digariskan. Terhadap jenis Ibadah ini berlaku baginya Kaidah:
الأصل في العبادات التوقيف
“Asal pada ibadah-ibadah adalah tauqif.”
2) Ibadah Mahdhah Muthlaq
Ibadah murni yang sumber dalilnya bersifat ‘Am (umum) dan tidak dijelaskan Teknis (cara) pelaksanaannya, semisal baca Al Qur’an, berdzikir. Terhadap teknis pelaksanaan ibadah semacam ini kita bebas mengaktualisasi teknis pelaksanaannya, baik waktu, tempat, sendiri atau berjama’ah, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syara’. Semisal membaca alqur’an atau berdzikir di kamar mandi (WC) atau tempat-tempat kotor yang lain.
Secara umum, bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua, yaitu sebagai berikut:
1.    Ibadah Mahdhah  atau Ibadah Khusus
Yang dimaksud dengan ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan), Ibadah mahdhah merupakan manifestasi dari rukun islam yang lima. Atau juga sering disebut ibadah yang langsung.  Selain itu juga ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.
Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :
a.    Shalat
Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang beragam salah satunya do’a, itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Qur’an surat al-Taubah ayat 103:
وصل عليهم إن صلوتك سكن لهم
Berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.
Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: “Serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam”.
b.    Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah.
c.    Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam. Puasa secara bahasa bermakna , menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara terminologis puasa diartikan dengan “menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang ditentukan”.
d.    Ibadah Haji
Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti “bersengaja”. Dalam artian terminologis adalah Menziarahi ka’bah dengan melakukan serangkaian ibadah di Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh.
e.    Umroh
Umroh adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian khusus disekitarnya. Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina.  Dengan begitu ia merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu disebut dengan haji kecil.
f.    Bersuci dari hadas kecil maupun besar.


Rumusan Ibadah Mahdhah adalah “KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)



Ibadah Ghairu Mahdhah
yakni setiap pekerjaan yang hukum asalnya Mubah namun kemudian bisa bernilai Ibadah bergantung pada MAQASHID atau tujuan dari pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Untuk pekerjaan jenis ini berlaku baginya kaidah:
الاصل فى الاشياء الاباحة حتى يدل الدليل على تحريمه

“Asal dari segala sesuatu itu Mubah, sampai ada dalil yang menunjukkan atas keharamannya.”
Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:
a.    I’tikaf
Berdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah.
b.    Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf ialah memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
c.    Qurban
Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu bulan Dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.
d.    Shadaqah
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala di akhirat.
e.    Aqiqah
Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi. Istilah aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan hewan sehubungan kelahiran bayi.
f.    Dzikir dan Do’a


Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah “BB + KA”
(Berbuat baik + Karena Allah )



Prof. Amin Syukur MA, Pengantar Studi Islam, (Semarang :CV. Bima Sakti,2003), Hlm. 80.
Drs. Muhammad Alim, Pendidikan agama islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), Hlm. 144.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, 1991. Kuliah Ibadah. Yogyakarta: Bulan Bintang.
UMY Quranic Studies

Amal Jariyah





Suatu perbuatan hamba Allah SWT yang akan mendatangkan pahala dari Allah SWT ialah perbuatan yang baik dan dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain dan sekitarnya. Perbuatan-perbuatan yang baik inilah yang dinamakan dalam agama Islam dengan Amalan-amalan sholeh. Mengerjakan amal sholeh bagi setiap muslim merupakan suatu perintah dari Allah SWT. Dan Allah SWT akan memberikan yang setimpal bagi setiap muslim melakukan amal-amal sholeh. Dengan demikian jelas bahwa dapat dipahami bahwa amal-amal sholeh ialah perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh hamba Allah SWT sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Amal-amal sholeh merupakan suatu ibadah pula yang mendatangkan pahala sebanyak-banyaknya. Pahala bagi yang melakukannya dengan hati yang tulus dan ikhlas.  Dalam hal ini dapat diketahui dengan jelas bahwa di dalam Al-Qur’an dikatakan ganjaran bagi orang-orang yang melakukan amal sholeh.
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ  
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan:.
 Namun didalam amal-amal sholeh yang dilakukan ini ada amalan yang sangat besar keutamaannya. Ada suatu amal yang sungguh besar manfaatnya. Amal yang berdampak besar bagi diri dan orang lain.   Suatu amal yang akan selalu mendapatkan pahala bagi yang mengerjakannya meskipun orang yang mengerjakannya tersebut telah tiada. Amal sholeh inilah yang sering dikenal dengan amal jariyah.
Amal jariyah merupakan suatu bentuk amal sholeh atau perbuatan yang baik yang memiliki kedudukan yang terpuji di sisi Allah SWT. Amal jariyah ini ialah amal yang tidak akan terputus pahalanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (H.R Muslim)
dapat dipahami dari hadist di atas ialah  bahwa amal/perbuatan mendapatkan pahala dari Allah SWT yang tidak terputus amalannya/pahalanya. Pahala dari amal yang dilakuakn oleh seseorang akan selalu mengalir atau mendapatkan bagi yang melakukan amal jariyah ini.  Amal jariyah ini selalu mendapatkah pahala bagi yang mengerjakan amal jariyah tersebut sampai waktu ketika seluruh manusia dibangkitkan kembali di padang mahsyar serta akan diberi ganjaran sesuai dengan apa yang dilakukannya dengan amal jariyah ini yang kemudian akan dimasukkan ke dalam surga.
Yang termasuk ke dalam amal jariyah yang tidak terputus amalannya meskipun orang yang melakukannya sudah tiada ini ialah :
1.      Sedekah jariyah
Sedekah jariyah merupakan suatu bentuk amalan yang pahalanya tidak akan terputus meskipun pelakunya telah meninggal dunia selama apa yang ia sedekahkan dapat membawa manfaat bagi orang lain. Sedekah dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara  menyedekahkan sebagian harta yang dimiliki untuk membangun masjid, madrasah, sekolah, untuk pembangunan jalan maupun jembatan, dan lainnya. Dalam memberikan sedekah jariyah ini yang amalnya akan selalu dicatat dan  pahalanya akan diberikan tanpa putus ini hendaknya menghindari hal-hal yang tidak akan diterima amal jariyah tersebut. Karena dengan menghindari hal-hal tersebut akan menjadikan amal jariyah yang dilakukan mendapat keridhoaan dari Allah SWT. Memberikan sedekah hendakmya dilakukan dengan niat dan hati yang tulus dan ikhlas. Sehingga dengan niat dan hati yang tulus ini mendapatkan balasan yang setimpal sesuai dengan apa yang dilakukan dalam amal jariyah. Dalam memberikan sedekah jariyah ini hendaknya tidak disebut-sebutkan karena akan berimplikasi kepada pahala yang akan didapatkan. Karena dengan menyebut-nyebut kembali apa yang telah diberikan dari amalnya tersebut akan mengurangi keihlasan serta akan menimbulkan penyakit hati yang dinamakan dengan riya dan lain sebagainya.
Allah SWT berfirman :
bÎ) (#rßö6è? ÏM»s%y¢Á9$# $£JÏèÏZsù }Ïd ( bÎ)ur $ydqàÿ÷è? $ydqè?÷sè?ur uä!#ts)àÿø9$# uqßgsù ׎öyz öNà6©9 4 ãÏeÿs3ãƒur Nà6Ztã `ÏiB öNà6Ï?$t«Íhy 3 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î6yz ÇËÐÊÈ  
Artinya : “Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka Menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Melakukan sedekah jariyah hanya niat dan tulus kepada Allah SWT  yang akan mendapat balasan pahala dari apa yang dilakukan. Karena dengan niat dan tulus ini menghindari dari ketidakterimaan amal yang dilakukan. Dengan terhindar dari perbuatan=perbuatan yang dapat merusak amal yang diberikan akan membawa balasan yang setimpal dari Allah SWT.

2.      Ilmu yang bermanfaat
Bentuk lain dari amal jariyah adalah dengan memiliki ilmu pengetahuan lalu ia menyebarkannya kepada orang lain sehingga bermanfaat bagi siapa saja yang mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut. Dengan menyebarkan ilmu juga berimplikasi kepada teratasinya masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat sekitar. Sehingga dengan ilmu yang bermanfaat ini orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan akan mengetahui ilmu-ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat ini beraneka ragam. Tentunya dalam hal ini yang didahulukan ialah ilmu-ilmu pengetahuan agama. Karena dengan ilmu-ilmu pengetahuan agama ini pokok-pokok dalam menjalani kehidupan terutama dalam beribadah kepada Allah SWT. Karena dengan melakukan ibadah yang baik dan benar dapat menjalani kehidupan ini dengan bahagia.

3.      Anak yang sholeh
Salah satu hal yang paling membahagiakan bagi orang tua adalah memiliki anak-anak yang sholeh. Anak-anak yang sholeh akan selalu mendo’akan kedua orangtuanya baik ketika orang tua masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Anak-anak sholeh tentunya hasil dari didikan. Tidak menjadi sholeh dengan sendirinya. Anak-anak sholeh demikian  lahir dari hasil pendidikan lembaga-lembaga pendidikan yang mengutamakan pengetahuan dan akhlak. Lembaga-lembaga pendidikan yang mengutamakan pengetahuan dan akhlak ini ada pada lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dari lembaga-lembaga pendidikan Islam inilah yang akan melahirkan anak-anak sholeh yang didambakan oleh kedua orangtuanya.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hal-hal demikian yang termasuk ke dalam amal jariyah. Amal jariyah merupakan bentuk amal yang berlipat ganda balasannya. Tentunya dalam hal ini balasan yang tidak akan terputus sampai pada waktunya yaitu balasan di dalam surga kelak nanti. Balasan yang berlipat ganda dari apa yang dikerjakaan dengan hati tulus dan ikhlas hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan amal jariyah ini selain untuk meningkatkan keimanan dalam hati  sebagai hamba Allah SWT yang taat dan patuh atas perintah-perintahNya juga mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat sekitar. Baik masyarakat yang dekat lingkungan maupun masyarakat yang berada di luar lingkungan. Karena sesungguhnya implementasi keimanan terwujud pada apa yang dilakukan untuk maslahat orang banyak. Adanya amal jariyah ini  terbuka bagi setiap muslim untuk meningkatkan iman dan ibadahnya dengan menafkahkan sebagian hartanya bagi orang-orang yang memerlukannya. Sebagai muslim yang mendambakan tempat yang baik di dunia dan akhirat ini terbukalah kesempatan bagi orang-orang yang mendambakan pahala selalu mengoptimalkan melakukan amal di dalam kehidupannya. Hal-hal yang akan menambahkan  pahala tersebut  dapat tercapai hanya dengan memaksimalkan melakukan amal-amal jariyah tersebut. Memaksimalkan usaha melakukan amal-amal tersebut adalah usaha yang dapat dilakukan pada saat ini. hanya dengan memaksimalkan usaha melakukan amal-amal tersebut yang akan menambahkan pahala terutama pahala yang bernilai amal jariyah. Selama Allah SWT memberikan umur dan kesehatan selama itupula selalu memaksimalkan usaha untuk menggapai ridho dan pahala Allah SWT.


Daftar Pustaka :
1.      Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta Maret 2015
2.      Akmal Hawi, Dasar-dasar Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta April 2014
3.      Beni Kurniawan, Manajemen Taubat,Pustaka Hidayah Bandung Juni 2012
4.      http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3393-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html
5.      http://uripsantoso.wordpress
6.      http:/ dalamislam.com